TUGAS
5 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MASA REMAJA
Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat. Lazimnya masa remaja dimulai pada saat anak matang secara
seksual dan berakhir sampai ia matang secara hukum. Penelitian tentang
perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja menunjukkan
bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda
dengan pada akhir masa remaja (Hurlock, 1999), oleh sebab itu masa remaja masih
dibedakan dalam fase-fase tertentu.
Hurlock (1999), membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu
masa remaja awal dan masa remaja akhir. Awal masa remaja berlangsung kira-kira
dari usia 13–16 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 17 tahun sampai
18 tahun, yaitu usia yang dianggap matang secara hukum.
Monks, dkk. (2001), batasan usia remaja adalah antara usia
12 tahun hingga usia 21 tahun. Monks membagi masa remaja menjadi tiga fase,
yaitu:
- Fase remaja awal dalam rentang usia 12–15 tahun,
- Fase remaja madya dalam rentang usia 15–18 tahun,
- Fase remaja akhir dalam rentang usia 18–21 tahun.
Sementara di Indonesia, masa remaja masih merupakan masa
belajar di sekolah, umumnya mereka masih belajar di Sekolah Menengah
Pertama,
Menengah Atas atau Perguruan Tinggi (Monks, dkk.,
2001). Negara Indonesia, menetapkan batasan remaja mendekati batasan usia
remaja (youth) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu, usia
14-24 tahun. Usia 24 tahun merupakan batas maksimal untuk individu yang
belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis.
Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa, berdasarkan Undang-undang
Kesejateraan Anak (UU No. 4/1979) menganggap semua orang di bawah usia 21 tahun
dan belum menikah sebagai anak-anak (dalam Sarwono, 2006).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa masa remaja dimulai pada saat anak matang secara seksual dan
berakhir sampai ia matang secara hukum, rata-rata batasan usia remaja berkisar
antara usia 12 hingga 24 tahun, dengan pembagian fase remaja awal berkisar
antara usia 12 -15 tahun, fase remaja madya berkisar antara usia 15 – 18
tahun dan fase remaja akhir berkisar antara usia 18 – 21 tahun. Batasan
maksimum usia 24 tahun, untuk individu yang belum dapat memenuhi persyaratan
kedewasaan secara sosial maupun psikologis dan belum menikah.
Periode masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Monks (2001), menyatakan
masa remaja merupakan periode peralihan, peralihan ini lebih dirasakan pada
masa awal remaja. Masa awal remaja juga dirasakan sebagai masa perubahan,
Hurlock (1980), mengemukakan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini
antara lain meningginya emosi yang pada masa awal remaja biasanya terjadi lebih
cepat.
Masa remaja merupakan masa yang tumpang tindih dengan masa
pubertas, dimana remaja mengalami ketidakstabilan sebagai dampak dari
perubahan-perubahan biologis yang dialaminya (Hurlock, 1999). Remaja usia empat
belas tahun seringkali mudah marah, mudah dirangsang dan emosinya
cenderung meledak-ledak, serta tidak berusaha untuk mengendalikan perasaannya.
Sementara remaja usia enam belas tahun, yang merupakan masa remaja madya, sudah
mulai stabil dalam menghadapi perubahan serta tekanan sosial yang dihadapinya
(Monks, dkk., 2001). Hal yang sama dikemukakan oleh Gessel (dalam Monks, dkk.,
2001), bahwa masa usia sebelas tahun lebih tegang dibandingkan dengan
usia enam belas tahunan, dimana pada usia enam belas ini remaja sudah mulai
lebih bebas dari rasa keprihatinan.
Usia enam belasan, remaja sudah memasuki tahap berpikir
operasional formal, dimana remaja sudah mampu berpikir secara sistematis
mengenai hal-hal yang abstrak serta sudah mampu menganalisis secara lebih
mendalam mengenai sesuatu hal (Hurlock, 1999). Pada usia awal remaja, remaja
masih berada dalam tahap peralihan dimana remaja lebih menunjukkan
ketidakstabilannya. Namun, pada remaja usia lima belasan, ketidakstabilan
tersebut mulai menurun, sehingga kemampuan berpikirnya sudah lebih matang
dibandingkan usia sebelumnya (Sarwono, 2006).
Piaget (dalam Satrock, 2003), menyatakan bahwa tahap
operasional formal muncul sekitar usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran
operasional formal ini tumbuh pada tahun-tahun remaja madya. Pada usia ini
akomodasi terhadap pemikiran operasional formal sudah mulai ditandai
adanya pemantapan yang lebih lanjut. Pemikiran operasional formal
bersifat lebih abstrak dan idealitis, serta lebih berpikir logis. Remaja
usia ini mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun rencana pemecahan masalah dan
secara sistematis menguji cara-cara pemecahan yang dipikirkannya.
Perkembangan moral pada masa remaja madya sudah memasuki
tahap konvensional, yaitu berorientasi untuk menjaga sistem. Remaja mengikuti
sistem moral tertentu karena memang itulah yang ada di lingkungan ia tinggal,
tingkah laku yang ditunjukkan untuk mempertahankan norma-norma tertentu. Masa
strom dan stres pada remaja usia lima belasan sudah mulai mereda,
sehingga sikap dan perilakunya sudah kurang dipengaruhi akibat masa
peralihan dan kematangan organ-organ seksual. Namun, bila remaja gagal
melewati tugas-tugas pada masa pubertas maka hal tersebut akan menghambat
perkembangan selanjutnya yang akan mempengaruhi penyesuaian dirinya (Hurlock,
1999).
Remaja yang tidak membentuk dasar konsep diri yang baik
selama masa kanak-kanak dan masa awal remaja tidak dapat memenuhi tugas-tugas
perkembangan masa remaja. Pada masa remaja, pola kepribadian yang sudah terbentuk
dari konsep diri selama masa sebelumnya sudah mulai stabil dan cenderung
menetap sepanjang hidupnya dengan hanya sedikit perbaikan (Hurlock, 1999).
Remaja yang penyesuaiannya buruk, terutama yang sudah terbiasa akan
tumbuh rasa tidak puas pada diri sendiri dan memunculkan sikap-sikap yang
buruk.
Perkembangan konsep diri yang buruk dapat mengakibatkan
munculnya sikap penolakan diri serta egosentrisme yang cenderung menetap, yang
akan mempengaruhi penentuan pola sikap dan perilakunya dalam hubungannya dengan
orang lain. Egosentrisme remaja menggambarkan meningkatnya kesadaran diri
remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian
yang amat besar, sebesar perhatian mereka terhadap diri mereka, dan terhadap
perasaan keunikan pribadi mereka.
Sebagian remaja, pada usia remaja madya sudah mulai tidak
mengalami kebingungan yang cukup signifikan, ia sudah mulai berusaha menentukan
mana yang harus dipilih dan mana yang tidak, melakukan keinginannya
dengan mempertimbangkan segala hal. Namun, tidak jarang remaja yang dalam usaha
mencapai kestabilan tersebut tidak berada pada jalur yang benar. Remaja
berusaha mencari sesuatu hal yang memang sesuai dengan dirinya dan keinginannya
(Sarwono, 2006).
Berdasarkan ciri-ciri perkembangan remaja yang
dikemukakan diatas, dapat disimpulkan pada masa awal remaja madya bukanlah masa
yang mudah untuk dilewati, sebagian besar remaja usia remaja madya sudah mulai
lepas dari kebingungan dan stres, sehingga dalam membuat keputusan dan
berperilaku sudah lebih mempertimbangkan dengan menggunakan kemampuan analisis
yang sistematis untuk mencapai kestabilan. Namun, tidak semua remaja melewati
masa ini di jalur yang sesuai, remaja yang tidak mampu menyesuaikan perubahan
dirinya dengan baik akan mengikuti jalur yang menyimpang.
Perkembangan Fisik dan Psikis yang belum seimbang
2 Hal berpengaruh kepada perkembangan:
- Hereditas
: Hereditas dapat di artikan
sebagai pewarisan atau pemindahan
biologis karakteristik induvidu dari kedua orang tuanya
- Lingkungan: Lingkunan ini sebenarnya mencakup
segala materil dan stimuli di dalam dan di luat diri individu, baik yang bersifat
fisiologis, psikologis maupun social cultural.
- Remaja : Individu berkembang dari saat pertama
kali ia menunjukan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat dia mencapai kematangan seksual
- Individu
yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari masa anak-
anak ke
masa dewasa
- Terjadi
peralihan dari ketergantungan soial ekonomi yang lebih kepada keadaan yang relatif lebih
mandiri
EGO IDENTITY (ERIKSON)
Sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan
mensintesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri
masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang saling behubungan,
yakni body ego(mengacu ke pangalaman orang dengan tubuh/fisiknya sendiri), ego
ideal (gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat
ideal), dan ego identity(gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial).
Ketiga aspek itu umumnya berkembang sangat cepat pada masa dewasa, namun
sesungguhnya perubahan ketiga elemen itu terjadi pada semua tahap kehidupan.
GUNARSA, 1989
- Emosi Tidak Stabil
- Adanya perasaan kosong (perubahan pikir)
- Ada sikap menentang orang tua
- Adanya pertentangan di dalam dirinya
Sumber:
http://arifakatsu.blogspot.co.id/2014/05/psikologi-pendidikan-hereditas-dan.html
https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-psikososial-erik-erikson/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar