Psikologi Seni
Psikologi dan seni sangat berhubungan erat, ketika kita berkarya ide-ide itu akan keluar dari jiwa kita, dimana jiwa itu adalah bagian dari psikologi. Nah seni itulah hasil dari proses hubungan jiwa dan fisik.
Psikologi : Psyche (Jiwa) + Phisic (fisik)
Pada tahun 1990-an ini, sebagaimana diungkapkan John Naisbitt dan Patricia Aburdene dalam best-seller Megatrends 2000, seni semakin memasyarakat. Naisbitt dan Aburdene menyebutnya Dasawarsa Renaissans dalam Seni. Semakin populernya seni dalam kehidupan masyarakat dapat membuka wawasan baru tentang kegunaan seni. Seni tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk mendapatkan hiburan (bagi penikmat atau konsumen seni) atau wadah untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, atau persepsi seseorang (bagi pencipta karya seni). Lebih dari itu, seni dapat dipakai sebagai terapi bagi penderita gangguan kejiwaan. Penggunaan seni dalam psikoterapi merupakan salah satu titik temu psikologi dengan seni.
Pemanfaatan seni sebagai terapi ini dilatar-belakangi oleh semakin kompleksnya permasalahan manusia moderen. Kehidupan moderen yang ditandai oleh kompetisi yang terkadang ta' mengenal rasa kemanusiaan sering terjadi dalam kehidupan ini. Karena kerasnya kehidupan itulah, maka bermunculan berbagai bentuk gangguan kejiwaan, seperti stres, depresi, alienasi (keterasingan); kehilangan makna hidup, dan sebagainya. Adanya problem-problem manusia moderen itu di satu sisi dan adanya kemungkinan memanfaatkan karya-karya seni dalam upaya penyembuhan gangguan kejiwaan manusia moderen di sisi lain mendorong lahirnya apa yang disebut sebagai terapi seni.
Sumber referensi : http://articles-morearticles.blogspot.com/search?q=seni+dan+psikologi