Pengelompokan Seni Rupa (Baru)
Kalau kita melihat teori lama tentang pembagian karya seni rupa
sering tidak cocok dengan kondisi sekarang. Karena seni terapan dan seni murni
sulit dibedakan pada jaman sekarang ini.
Jika kita masih ingin menggunakan teori lama maka akan tidak
sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Kita harus terus mengupdate
teori sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Dulu ada gerakan yang
tidak membatasi antara seni terapan dengan seni modern, gerakan itu bernama
gerakan seni rupa baru Indonesia. Karena sadar akan kondisi sekarang ini, jim s
supangkat yang memotori gerakan itu berupaya menggabungkan semua jenis seni
rupa. Mereka berpendapat bahwa teori seni rupa lama tidak cocok lagi digunakan
untuk membahas karya seni rupa di jaman sekarang ini.
Jadi ketidak cocokan teori seni rupa lama diluruskan oleh
anak-anak muda ITB yaitu dengan melahirkan gerakan seni rupa baru Indonesia
itu.
Sulit membedakan antara seni rupa, karya seni patung, atau karya
seni kriya, menyebabkan kita menjadi sulit ketika harus mengelompokkan
berdasarkan teori seni rupa lama, maka karya-karya yang seperti itu muncul
sebagai protes terhadap teori seni rupa lama yang terlalu kaku dengan
pengertian-pengertian yang digunakan. Oleh karena itu di situ kita menemukan
begitu banyak karya-karya baru yang sulit dikelompokkan, apakah termasuk
kategori seni murni atau seni terap maupun desain. Atau mungkin ada jenis seni
sendiri apakah itu patung, lukisan, atau grafis, dan sebagainya. Jadi banyak
hal yang sangat memerlukan kajian baru untuk menyebut dan mengelompokkan
karya-karya tersebut.
Seperti halnya batik, karyanya lebih banyak dikelompokkan
pada seni terapan. Tetapi ketika teknik batik itu menjadi teknik melukis, maka
kita akan sulit menyebut lukisan itu apakah termasuk seni terapan atau murni.
Dan masih banyak lagi muncul karya-karya seperti itu.