Jumat, 12 Juni 2015

Tugas 8 Psikologi Seni

Berpikir Lateral

Berpikir kreatif bukan lah bakat tetapikemampuan yang dapat dipelajari dandilatih.Untuk mengembangkan kemampuanberpikir kreatif maka kita harus yakinbahwa kita adalah orng yang kreatif.
Dr. Edward de Bono mendefinisikanBERPIKIR sebagai "SUATU KETERAMPILANuntuk mendayagunakan KECERDASANberdasarkan PENGALAMAN" Keterampilan tersebut bisa dipelajaridenganLateralThinkingSixThinkingHats
Keterampilan memecahkan masalah adalah kemampuanseseorang untuk memecahkan masalah. Semakin banyakmasalah yang dipelajari siswa untuk dipecahkan dan semakinbanyak siswa harus berpikir untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam setiap permasalahan, selalu ada enam aspek sudutpandang atas permasalahan bersangkutan, yaitu aspekinformasi, aspek emosional, aspek kritis, aspek nilai positif, aspekproduktifitas, dan terakhir aspek fokus terhadap tujuan danmenyusun urutan pertimbangan masing-masing aspek pendapatatau sudut pandang untuk kemudian dapat ditemukankesimpulan. Kemampuan untuk berfikir kritis dan berfikir kreatif keduanyadiperlukan dalam melakukan pemecahan dan analisis masalah.
De Bono mendefinisikan berpikir lateral sebagai suatumetoda berpikir yang lebih menitik beratkan kepadaperubahan konsep dan persepsi.Berpikir lateralmerupakan sebuah landasan bahwa sesuatu tidakharus menjadi jelas dengan segera danmenghasilkan ide yang tidak dapat dihasilkandengan metoda berpikir tradisional. Lateral Thinking adalah cara berpikir modern denganmelihat masalah dan mendapatkan solusi dariberbagai arah, tidak hanya sama dengan pemikirankonvensional yang berpikir secara vertikal. LateralThinking™ menjadikan orang lebih kreatif danmenemukan lebih banyak solusi secaramenakjubkan.
Menyeleksi dan mendefinisikan fokusMengenerate ide (ide generation)Mengihtisiarkan ide-idePemilihan ide terbaik
Enam topi berpikir Edward de Bono, ada beberapa aktivitasstrategi yang ditempuh siswa untuk mencapai keberhasilan dalambelajar, dengan tujuan utama adalah kemampuan berpikir tingkattinggi. Keterlibatan siswa dalam proses belajar ini antara lainadalah :1) menggali informasi yang dibutuhkan2) mengajukan dugaan3) melakukan inkuiri4) membuat konjektur5) mencari alternatif6) menarik kesimpulan
Keenam aspek tersebut diumpamakan olehEdward De Bono sebagai enam topi denganwarna yang berbeda. Menurut De Bono (2005: 128)metafora topi dipakai untuk menggambarkankeenam aspek berpikir tersebut karena topimerupakan suatu yang dapat dipakai dandilepaskan dengan mudah, sebagaimana sebuahpendapat yang dapat dipakai atau dilupakanbegitu saja tanpa harus menimbulkan konflik sosial. The Six Thinking Hats merupakan penerapan dariLateral Thinking Dalam metode STH, seseorag tidak hanya dilatihuntuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu masalahdalam sekuens waktu tertentu, tetapi jugadipersiapkan utuk dapat menerima danmenghargai pendapat orang lain.
Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif.Fasilitator bersikap terbuka untuk menerima pengetahuandan pengalaman orang lain. Fasilitator mendorong pesertauntuk memahami fakta dan kebenaran secara bijaksana.Fasilitator mendorong para peserta untuk saling belajar danmenyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya kedalam topi. Saat pemimpin rapat atau diskusi mengatakan untuk“memakai topi putih”, maka setiap peserta diskusi ataurapat akan memfokuskan pikiran pada informasi yangberkaitan dengan permasalahan yang didapatkan.Informasi yang dimaksud bisa berkisar dari berbagai faktayang dapat dipastikan kebenarannya sampai informasiringan, seperti rumor dan pengalaman pribadi.
Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan emosi untukmenggugah perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisidan dan "prasangka" untuk memahami kesulitan atau hambatan yangdirasakan peserta dalam belajar, dengan tujuan meningkatkan keterlibatanpeserta. Setelah secara paralel (bersama-sama) mendiskusikan aspek informatif darisuatu permasalahan, kemudian setiap peserta diskusi secara bersama-samamengemukakan aspek intuitif dan emosional dari pendapatnya. Setiapperasaan yang berkaitan dengan satu gagasan atau ide diijinkan untukdikeluarkan secara bebas dalam sesi ini, misalkan “saya sama sekali tidakmenyukai gagasan ini”, “saya merasa gagasan ini tidak akan berhasil”, “nalurisaya mengatakan bahwa rencana ini sangat berbahaya” dan aspekemosional lainnya. Setelah setiap orang mengeluarkan aspek intuitif danemosionalnya terkait satu pendapat, dia tidak perlu memberikan alasan apapun, sebab menurut De Bono (2005: 131) “bahwa dalam banyak kasus alasan-alasan dibalik suatu perasaan tidak diketahui dengan jelas (seperti halnyaintuisi). Oleh karena itu, orang-orang akan merasa enggan mengemukakanperasaannya jika tidak dapat memberikan alasan. Jadi, alasan tidak perludiberikan, bahkan meski pun alasan itu diketahui”. Dan De Bono mengakuibahwa intuisi sering kali benar, namun tidak selalu.

Topi hitam berarti fasilitator bersikap "serius". Fasilitator tidaksertamerta menerima pendapat atau masukan dari orang lainmelainkan bersikap menolak terlebih dahulu, bersikap ragu-raguatau hati-hati, kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh.Dalam mensikapi suatu persoalan, fasilitator menggunakan topihitam bukan untuk mencari argumentasi melainkan untukmemperhatikan atau "waspada" terhadap sesuatu hal yangdianggap negatif. Topi ini bisa berbahaya bila mendominasi atauterlalu sering digunakan.Topi hitam merupakan metafora untuk menggambarkan aspekkritis dari pemikiran yang hendak kita sampaikan. Berbagai aspekdipertimbangkan secara kritis saat peserta diskusi secara bersama-sama “memakai topi hitam” secara imajiner. Namun, De Bonomengingatkan, bahwa meski pun aspek berpikir ini merupakanyang paling penting, kita harus waspada, sebab penilaian kritisyang objektif bisa memicu perdebatan yang malah akan merusakharmoni sosial. Dalam sesi ini, setiap anggota diskusimempertimbangkan kesalahan, aspek negatif, potensi dankekurangan-kekurangan dari suatu ide atau pendapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar